Jumat, 27 Mei 2016

10 cara memulai peternakan kambing perah

10 cara memulai peternakan kambing perah yang patut anda baca sebelum memulai bisnis yang sekarang sedang nge-trend dikalangan peternak.
Peternakan kambing perah adalah peternakan yang mengkhusukan diri dalam memproduksi susu kambing. Sangat penting Anda untuk dipertimbangkn biaya dan jumlah pekerjayang terlibat dalam memulai usaha, karena pasar mungkin tidak menguntungkan atau berkelanjutan dalam jangka panjang. Masalah yang Anda perlu pertimbangkan termasuk mempekerjakan tenaga kerja, pemasaran, metode produksi, peraturan dan biaya. Ada banyak untuk berpikir tentang jadi pastikan Anda merencanakan dan mempersiapkan bisnis ventura.


  1. Teliti dan pelajari mengenai peternakan kambing perah. Hanya anda yang tau apakah usaha ini yang cocok bagi anda atau tidak. Pelajari dahulu jenis kambingapa yang anda butuhkan. Jangan sampai anda membeli kambing yang ditujukan untuk menghasilkan bibit unggul tapi anda perah susunya, karena jenis kambing semacam itu harganya tentunya jauh lebih mahal ketimbang kambing perah. Juga pelajari cara memilih kambing yang memiliki ambing yang baik.Anda sendiri yang mengetahui berapa modal yang anda punya. Paling tidak carilah peternak yang sudah lebih dahulu memulai untuk belajar darinya.
  2. Jika anda sebelumnya belum pernah memelihara kambing, Pelihara dahulu kambing dalam jumlah kecil, misalnya 2 ekor, pelajari bagaimana cara memeliharanya, cara memberi makan atau membersihkan. Juga perhatikan bagaimana lingkungan mereka, lingkungan haruslah tetap bersih, karena itu akan sangat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Usahakan agar anda mendapatkan pengalaman dari proses ini.
  3. Usahakan agar orang orang terdekat anda, atau keluarga anda mendukung usaha ini. Karena usaha ini akan memakan waktu yang panjang, jika keluarga atau orang orang terdekat anda mendukung anda dalam pekerjaan ini, anda akan dapat mengurangi biaya tenaga kerja.
  4. Buat rencana bisnis untuk memulai peternakan. Membuat spreadsheet yang berisi semua rincian anggaran Anda. Kerjakan rencana start up biaya – termasuk membeli kambing, menyiapkan peralatan pengolahan susu, mempekerjakan tenaga kerja, leasing atau membeli properti dan biaya overhead
  5. Hitung margin keuntungan Anda berdasarkan perkiraan berapa banyak susu dan produk terkait (seperti keju dan mentega yang kemungkinan besar bisa dibuat dalam jangka panjang, atau dalam jangka pendek kotoran kambing yang bisa diujal untuk dijadikan pupuk ) yang anda harapkan untuk dijual  dari hasil peternakan Anda. Putuskan berapa banyak dana yang Anda butuhkan untuk memulai dan bekerja ketika Anda akan mulai mendapatkan investasi Anda kembali.
  6. Mempekerjakan tenaga kerja yang diperlukan. Jika keluarga anda mendukung mereka mungkin dapat menaruh beberapa tenaga kerja ke pertanian, namun Anda mungkin memerlukan spesialis atau seorang sarjana peternakan yang sudah ahli untuk memperhatikan betul betul ternak kambing anda.
  7. Jangan lupakan perizinan dan masalah perpajakan.
  8. Dapatkan susu kambing yang berkualitas dengan memperhatikan kualitas dari peternakan anda. Misalnya saja, kandang anda harus punya jarak dari tanah atau menggunakan kandang panggung agar kambing lebih sehat. Lantai bawahnya menggunakan semen agar bersih dan memudahkan perawatan dan pengambilan, pengumpulan kotoran kambing. Perhatikan juga kualitas dari peralatan, semua peralatan yang berhubungan dengan susu jangan menggunakan plastic, kalau bisa gunakan kaca atau stainless steel
  9. Pilih jenis kambing yang sesuai dan putuskan berapa banyak yang anda akan beli untuk diternakkan. Ada beberapa yang sudah populer di Indonesia, yaitu kambing peranakan ettawa, kambing peranakan ettawa senduro, kambing saanen ataupun yang telah disilangkan dengan kambing peranakan ettawa.
  10. Beli kambing dan tempatkan mereka di peternakan anda. Pastikan kesehatankambing dan harganya tidak terlalu tinggi. Sebelumnya luangkan waktu untuk mengunjungi banyak peternakan dan pasar hewan untuk survey.

Kamis, 19 Mei 2016

Membentuk Pullet Berkualitas



Sudah bukan rahasia jika banyak peternak yang mengeluh sulitnya mencapai standar performa layer daribreeder walau telah melakukan berbagai macam usaha ketika masa produksi. Bisa jadi, fakta ini disebabkan masih sedikit peternak yang memberi perhatian lebih terhadap manajemen pullet di peternakannya. Jika hal ini yang terjadi maka upaya meningkatkan jumlah ransum dan perbaikan program pengobatan tentu tidak menyelesaikan masalah. Hal ini dikarenakan keduanya bukan merupakan akar masalah sehingga kejadian yang sama tentu akan terus berulang di periode mendatang. Oleh karena itu, solusi terbaik adalah meningkatkan kualitas pullet.

Apa itu Pullet ?
Secara ringkas, pullet adalah ayam yang dipelihara di umur 0-16 minggu. Pendapat lain menyatakan bahwapullet adalah ayam masa DOC hingga masa bertelur di bawah 5%. Berdasarkan kebutuhan nutrisi, pullet terbagi dua yaitu starter (0-5 minggu) dan grower (6-16 minggu).
Program pembentukan pullet yang OK harus dimulai sejak DOC hingga menjelang awal produksi. Program tersebut harus mencakup berbagai kegiatan yang berjalan terus-menerus dan berkelanjutan. Untuk menyusun program tersebut, peternak sebaiknya mengetahui bagaimana ciri-ciri pullet berkualitas dan membentuk pullettersebut.

Tahapan Perkembangan Pullet
Pullet memiliki tahapan perkembangan tubuh yang kompleks sesuai periode umurnya (starter dan grower). Masa starter merupakan masa pembelahan sel (hiperplasia) sehingga perkembangan organ sangat dominan di masa ini. Oleh karena itu, masa ini mempunyai andil 50% bahkan 90% terhadap keberhasilan pemeliharaan pullet.
Pada periode grower terjadi perkembangan ukuran sel (hipertrofi). Di fase ini frame size berkembang mencapai bentuk sempurna. Periode grower memiliki 3 waktu kritis yang harus diperhatikan oleh peternak yaitu umur 6-7 minggu, 12 minggu dan 14 minggu. Antara minggu 6 dan 7 adalah puncak perkembangan frame sizeyang mana 80% frame size sudah mencapai dimensi akhir. Oleh karena itu, saat penimbangan berat badan di minggu kelima, ayam-ayam yang belum memiliki frame size optimal dipisahkan lalu tetap diberikan ransum starterdan diberikan multivitamin.
Di minggu ke-12 perkembangan kerangka tubuh telah mencapai maksimal. Maksimal dalam arti, tidak bisa berkembang lagi sehingga setidaknya ada 2 hal yang perlu diperhatikan peternak. Pertama adalah dianjurkan mengejar ketinggalan frame size (berat badan) sebelum minggu ke-12. Kedua mempertahankan berat badan yang sudah sama atau 10% di atas standar untuk menghadapi masa awal bertelur. Selain tercapainya berat badan yang sesuai dan perkembangan frame size yang optimal, tingkat keseragaman ayam juga perlu tetap diperhatikan.
Di minggu ke-14 terjadi perkembangan pesat organ reproduksi dan juga medulary bone (bagian tulang yang menyimpan cadangan kalsium untuk cangkang telur pada ayam). Pada periode ini, ketersediaan vitamin D dan kalsium sangat dibutuhkan. Bascal (1993) menyebutkan bahwa rendahnya asupan kalsium dan vitamin D saat awal bertelur akan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas telur saat puncak produksi sehingga sebaiknya peternak perlu menyediakan kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang cukup.

http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/tatalaksana/Nov09/IMI%20New%20Edition%2011%20November%202009%20web%20%28AU-Membentuk%20pullet%20berkualitas%29_html_974bb7e.gif
Medullary bone (warna merah) pada ayam layer

Karakteristik Pullet Berkualitas
Ayam petelur (layer) pullet dikatakan berkualitas jika memiliki karakteristik seperti di bawah ini:
1. Memiliki ciri fisik ayam petelur yang baik
Beberapa ciri fisik ayam petelur yang baik dijelaskan dalam Tabel 1. Seleksi dilakukan terhadap ayam berciri petelur yang buruk dan memiliki kelainan fisik seperti cacat, carrier atau pembawa penyakit dan “bantet” atau berat badan tidak bisa meningkat serta frame size tidak berkembang. Ayam yang berciri fisik petelur yang buruk, “bantet” atau cacat sebaiknya di-culling agar tidak merugikan peternak. Lakukan culling rutin setiap minggu selama grower.
http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/tatalaksana/Nov09/Tabel-ciri-pullet.jpg

2. Berat badan sesuai standar dari breeder
Berat badan merupakan indikator kualitas pullet yang paling mudah diamati. Dengan penimbangan rutin, peternak bisa menilai apakah pullet sudah dikatakan berkualitas atau belum. Berat badan hendaknya tercapai tiap minggunya. Jika ada ayam dengan bobot badan yang rendah (kurang dari 10% di bawah standar) atau memiliki frame size kecil maka segera pisahkan. Beri perlakuan khusus agar dapat mengejar ketinggalan bobot badan. Tambahkan beberapa gram ransum harian ayam.
Ayam dengan berat badan lebih dari 10% terhadap standar diberikan ransum lebih sedikit dari standar. Jumlah ransum dikurangi beberapa gram, maksimal 15% konsumsi ransum harian. Lakukan beberapa hari hingga berat badan sesuai standar. Tindakan ini akan sedikit menghemat ransum, menurunkan lemak, memperbaiki Feed Convertion Rate (FCR), menurunkan kematian saat masa produksi dan mencegah kematian saat masa produksi dan mencegah pematangan kelamin ayam dini. Teknik pembatasan ransum ini mesti dilakukan dengan cermat dan teliti. Hal-hal seperti peningkatan resiko kematian, kanibalisme dan pertumbuhan tidak merata harus tetap diperhitungkan. Jika tidak maka teknik ini lebih cenderung membawa kerugian daripada keuntungan.

3. Kerangka tubuh (frame size) optimal <12 minggu
Frame size yang terbentuk sempurna akan sangat mendukung pencapaian puncak produksi yang optimal dan memiliki persistensi (lama bertahan di puncak) produksi yang lama. Frame size diamati berdasarkan postur tubuh ayam.

4. Keseragaman >85% (berat badan, frame size dan kematangan seksual
Penyeragaman berat badan dilakukan melalui penimbangan berat badan rutin. Keseragaman >85% berarti dari 100 ekor ayam minimal terdapat 85 ekor ayam yang berat badannya +10% terhadap standar. Segera setelah penimbangan, peternak membagi ayam-ayam tersebut dalam kandang berbeda berda-sarkan berat badan danframe size-nya. Hal ini akan memudahkan peternak dalam mengamati perkembangan performa ayam dan menentukan jumlah konsumsi ransum ayam.

Teknik Membentuk Pullet Berkualitas
Seperti yang telah dijelaskan di awal, ada satu rumus yang dapat digunakan dalam membentuk pullet berkualitas OK. Rumus tersebut adalah :
P = (G + N + E) x M
Keterangan :
P : potency atau productivity / potensi atau produktivitas pullet
G : genetic / genetik pullet
N : nutrition / nutrisi yang diasup pullet
E : environment / kondisi lingkungan
M : management / manajemen pemeliharaan

Faktor manajemen memiliki andil terbesar dalam rumus ini. Faktor ini melipatgandakan nilai faktor genetik, nutrisi dan lingkungan. Faktor genetik yang terkandung di dalam semua strain ayam petelur baik ISA Brown, Hisex Brown, Lohmann Brown dan Hyline Brown telah dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan produksi telur yang tinggi (henday) dengan FCR yang lebih rendah.
http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/tatalaksana/Nov09/ayam.jpg
4 strain layer yang ada di Indonesia Lohmann Brown (A), Hisex Brown (B), Hyline Brown (C), ISA Brown (D)

Faktor nutrisi seperti acceptability (kemampuan ayam mengkonsumsi ransum), palatabillity (penilaian ayam terhadap rasa dan bau ransum), digestibility (kemampuan ransum diserap tubuh ayam), gram feed intake daily per chick (konsumsi harian ransum per ayam), adanya agen penyakit dan beberapa faktor lain.
Kondisi lingkungan juga berperan penting dalam menentukan kualitas pullet. Misalnya suhu udara, intensitas dan distribusi cahaya, kualitas udara, angin, kelembaban dan keberadaan agen patogen.
Ketiga faktor tersebut harus dikelola dalam satu manajemen yang baik agar potensi di dalam tubuh ayam muncul dengan optimal yaitu:
  1. Tumbuh lebih cepat dengan kematangan seksual lebih awal 2 minggu sehingga lebih cepat berproduksi
  2. Berat badan lebih kecil 5% dan konsumsi pakan lebih rendah 10% sehingga FCR total lebih rendah
  3. Puncak produksi (peak performance) 2-3% lebih tinggi
  4. Henday (HD) >90%, 8 minggu lebih lama
  5. Berat telur lebih besar 5%
http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/tatalaksana/Nov09/tabel-performa-ayam.jpg
Faktor manajemen akan dibahas lebih jauh dalam Info Medion kali ini sebagai faktor yang berperan penting dalam membentuk pullet berkualitas.

Manajemen
Griffin RW (2006) mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goal) secara efektif dan efisien. Manajemen pembuatan pullet berkualitas mencakup empat poin penting yaitu:
1. Tata Laksana Kandang
Kandang harus mampu menyediakan tiga hal dalam kondisi ideal yaitu:
  • Suhu dan kelembaban udara
Dengan termohigrometer, lakukan pengamatan kelembaban udara dan suhu tiap hari. Kelembaban udara yang baik adalah 60-70%. Kelembaban tinggi menyebabkan litter cepat basah dan meningkatkan kadar ammonia di kandang. Membuka tirai kandang dan membiarkan angin masuk dapat menjadi solusi untuk masalah ini. Solusi lain ialah memasang blower.
Kelembaban yang rendah pun akan mengakibatkan gangguan pernapasan seperti panting (megap-megap) dan cekrek (ngorok). Ayam yang panting dan cekrek rentan terserang penyakit pernapasan seperti CRD dan colibacillosis.
http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/tatalaksana/Nov09/IMI%20New%20Edition%2011%20November%202009%20web%20%28AU-Membentuk%20pullet%20berkualitas%29_html_m69b2093f.gif
Lakukan kontrol kondisi litter secara rutin. Ambil dan ganti litter yang basah karena meningkatkan ammonia
Suhu lingkungan ideal untuk starter adalah 23-33oC sedangkan untuk grower adalah 25-28oC. Suhu tersebut akan berkurang secara periodik mengikuti perkembangan tubuh ayam. Jika lebih dari itu maka ayam beresiko terkena heat stress. Hindari heat stress dengan melakukan penyemprotan air secara halus melalui sprayer ke atas kepala ayam agar suhu kandang turun dan meningkatkan kelembaban.
Jika suhu lingkungan rendah maka ayam akan kedinginan. Nafsu makan meningkat tetapi bobot badan tidak bertambah karena sebagian besar energi diarahkan untuk menghangatkan tubuh ayam. Lakukan penutupan kandang dan menyalakan brooder (pemanas) agar suhu lingkungan kembali nyaman.

  • Cahaya
Program pencahayaan bertujuan untuk merangsang nafsu makan, pertumbuhan serta perkembangan organ reproduksi ayam. Oleh karena itu, pencahayaan dapat dijadikan pengatur kapan ayam memasuki masa produksi. Ayam dengan bobot badan di bawah standar selain diberi tambahan pakan, sebaiknya juga mendapatkan waktu pencahayaan lebih banyak. Namun jumlah penambahan waktu cahaya tidak boleh lebih lama dari 4 jam per hari agar tidak mengganggu pertumbuhan ayam.
Saat masa grower (belum siap bertelur) penambahan cahaya harus dihindari jika ayam belum mencapaiframe size optimal. Penambahan cahaya dini baik waktu maupun intensitas akan menyebabkan ayam bertelur dini. Hal ini akan memicu munculnya telur berukuran kecil, meningkatkan resiko kematian ayam dan memperpendek masa produksi. Produksi lebih menguntungkan bila ayam bertelur saat frame size optimal dan di umur yang sesuai untuk bertelur.

  • Kualitas udara
Standar udara berkualitas baik adalah kadar ammonia, debu dan CO2 rendah serta menyediakan oksigen dalam kadar cukup. Hal-hal yang bisa dilakukan peternak adalah :
  1. Ventilasi yang bagus dengan menggunakan monitor atau kipas tambahan.
  2. Rutin mengangkat litter yang basah dan mengganti dengan yang baru.
  3. Perencanaan kandang yang baik.
  4. Pengaturan kepadatan kandang

2. Tata Laksana Kesehatan
Mencakup tindakan vaksinasi, pengobatan dan biosekuriti. Peternak perlu mewaspadai umur 3 minggu, pasca pindah kandang dan menjelang produksi karena sangat rawan penyakit. Di umur 3 minggu, antibodi maternal sudah tidak melindungi lagi sehingga ayam rentan terserang penyakit seperti ND dan IBD. Solusi yang dapat dilakukan adalah menjalankan program vaksinasi.
Tingkat stres yang tinggi saat pindah kandang dan menjelang produksi menyebabkan ayam rentan terkena penyakit pernapasan seperti CRD, IB dan korisa. Solusinya adalah memperlakukan ayam sebaik mungkin, melakukan pindah kandang paling lambat 10 hari sebelum mulai bertelur dan berikan vitamin seperti Vita Stress selama 4 hari berturut-turut ketika pindah kandang.
Agar masa produksi puncak ayam tidak terganggu maka vaksinasi harus diatur yaitu dilakukan paling lambat seminggu sebelum pindah kandang atau dua minggu sebelum mulai bertelur. Berikan Egg Stimulant 1 gram tiap 2 liter air minum diberikan tiap hari selama 4 minggu pertama ayam mulai bertelur. Jika perlu, berikan obat cacing seperti Levamid (0,2 gram tiap kg berat badan) paling lambat 3 hari sebelum pindah kandang.
3. Tata Laksana Ransum
Pemberian ransum dibedakan berdasarkan kebutuhan di tiap periode. Peternak sudah mengenal dua jenis ransum yang digunakan saat pullet yaitu ransum starter dan ransum grower. Ransum starter memiliki kandungan protein (asam amino), energi dan vitamin (A, E, dan K) tinggi yang sangat dibutuhkan untuk pembelahan sel-sel baru.
Ransum grower memiliki kandungan protein dan vitamin (A, E dan K) lebih rendah dari ransum starter. Hal ini dikarenakan fungsi grower sebagai maintenance tubuh dan menghindari pertambahan lemak yang banyak. Bagi ayam layer, keberadaan lemak lebih dari 5% di abdomen saat awal produksi akan menurunkan performa ayam.
Ada tiga hal yang perlu dilakukan peternak. Pertama adalah selalu menyediakan ransum berdasarkan standar breeder baik kualitas maupun kuantitas agar memudahkan pengontrolan dan menghindari pemborosan ransum.
Hal kedua adalah selalu menyediakan ransum dalam kondisi yang segar dengan cara mengatur periode pemberian ransum dan sering membolak-balik ransum. Tindakan ini akan merangsang ayam mengkonsumsi ransum dan mengurangi ransum sisa dan terbuang. Hindari menggunakan ransum sisa.
Hal ketiga adalah menghindari gonti-ganti ransum dalam waktu singkat. Lakukan pencampuran ransum lama dengan yang baru secara bertahap (1:3, 1:1, 3:1 dalam 1 minggu) sambil melihat bagaimana respon ayam.
4. Penimbangan
Penimbangan dilakukan rutin sejak ayam masih DOC dengan memperhatikan hal sebagai berikut:
  • Jumlah sampel 50-100 ekor tiap kandang secara merata di setiap bagian kandang. Persentase ini bisa dinaikkan 5% jika ayam dipelihara dalam kandang baterai
  • Ayam berumur <4 minggu, penimbangan dilakukan berkelompok sedangkan >4 minggu dilakukan per individu
  • Kegiatan ini dilakukan rutin dengan waktu yang sama misalnya pada Senin pagi dengan kondisi tembolok kosong
  • Ketika berumur di atas 12 minggu, berat badan diharapkan 10% di atas standar sebagai cadangan saat awal masa bertelur ketika terjadi penurunan nafsu makan
  • Gunakan timbangan dengan skala 20 gram. Bisa menggunakan timbangan gantung (shelter)

5. Pencatatan (recording)
Membuat tabel berisi data keadaan pullet per kandang (seperti tabel di bawah) harus dilakukan peternak. Dalam pembuatannya, recording dapat mencakup :
  • Populasi (jumlah ayam dan persen kematian)
  • Konsumsi ransum (kg ransum/ ekor dan total pakan)
  • Kegiatan kandang (program vaksinasi dan pengobatan)
  • Kondisi kandang (kelembaban, suhu, cahaya dan kualitas udara)
  • FCR harian serta berat badan dan persen keragaman mingguan.
Data tersebut lalu dibandingkan dengan standar performa pullet dari breeder dan diolah menjadi diagram batang dan garis agar bisa mendeskripsikan bagaimana performa pullet Anda apakah termasuk pullet yang berkualitas atau tidak. Selamat mencoba.


Info Medion Edisi November 2009
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).


Bawang Putih Sebagai Feed Additive Untuk Ayam

ABSTRAK

Penggunaan antibiotik sintetik dalam dunia peternakan ayam dapat menimbilkan dampak negatif bagi kesehatan ternak dan manusia. Antibiotik sintetik mengakibatkan residu bahan kimia berbahaya dalam produk yang dihasilkan dan menyebabkan resistensi bakteri – bakteri berbahaya yang terdapat didalam tubuh ayam.bawang putih memiliki kandungan senyawa aktif yang terbukti mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik didalam tubuh ayam. beberapa senyawa aktif yang terkandung didalam umbi bawang putih adalah allicin, selenium dan metilatil trisulfida. Ketiga senyawa aktif ini mampu membantu terjadinya proses metabolisme di dalam tubuh ayam yang jauh lebih baik. Adanya beberapa kandungan senyawa aktif ini membuat bawang putih berpotensial untuk digunakan sebagai feed additive pengganti antibiotik sintetik pada ternak ayam. Sudah banyak para ahli yang melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian bawang putih tarhadap performans, produktivitas serta kesehatan ayam. Mereka mencampurkan ekstrak bawang putih kedalam ransum yang akan diberikan kepada ayam. Hasil penelitian dibandingkan dengan hasil penelitian yang tidak menggunakan bawang putih tetapi menggunakan antibiotik sintetik. menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulbardi dan Bintang ( 2007) pemberian tepung bawang putih sebanyak 0,02% mampu merangsang pertambahan bobot badan ayam broiler lebih cepat, dengan pencapaian konversi pakan sebesar 1,81 dan diikuti dengan penurunan jumlah konsumsi pakan oleh ayam broiler. Sedangkan untuk ayam petelur, menurutMaryam et al (2003), pemberian ektrak bawang putih sebanyak 4% pada ransum ayam petelur yang diinfeksi aflaktosin 0,4 mg AFB1/kg BH dapat meningkatkan bobot badan dan produksi telur serta dapat mengurangi kadar residu aflaktosin pada telur yang dihasilkan.

Kata kunci : ayam, bawang putih, feed additive, antibiotik sintetik, allicin.



Pendahuluan

Feed additive atau imbuhan pakan biasa digunakan didalam campuran pakan ternak. Penggunaan feed additive dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas, kesehatan dan keadaan gizi ternak. Beberapa jenis Feed additive yang biasa digunakan para peternak ayam khususnya ayam petelur dan pedaging adalah antibiotika sintetik, enzim, probiotik, asam organik, flavor dan antioksidan. Antibiotika sintetik adalah jenis feed additive yang paling banyak digunakan oleh para peternak.
Penggunaan feed additive jenis antibiotik sintetik ini banyak memberikan pengaruh yang buruk pada produk yang dihasilkan oleh ternak. Salah satunya adalah residu bahan – bahan kimia yang terkandung didalam antibiotik sintetik ini ke dalam produk yang dihasilkan seperti telur dan daging. Bahan – bahan kimia yang teresidu ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Tidak hanya memberikan imbuhan pakan, untuk meningkatkan produktivitas ternak mereka para peternak unggas jenis ayam biasanya juga memberikan pakan yang memiliki kadar lemak tinggi. Dengan pemberian pakan yang mengandung lemak tinggi efisiensi pakan oleh ternak akan lebih tinggi namun produk yang dihasilkan tidak aman untuk dikonsumsi. Karena memiliki kandungan kolestrol yang tinggi. Bahan pangan yang mengandung kadar kolestrol tinggi tidak aman untuk dikonsumsi karena dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi kesehatan kita.
Selain produktivitas dan produk yang dihasilkan, pakan juga dapat mempengaruhi kesehatan dari ternak yang kita pelihara. Ada beberapa jenis penyakit unggas khususnya jenis ayam yang disebabkan oleh faktor pakan seperti Aflatoksikosis. Penyakit ini bersifat kronis, dan akut pada ternak ayam. Aflatoksikosis adalah penyakit yang disebabkan karena adanya kontaminasi Aflaktosin (senyawa kumrin yang dihasilkan oleh kapang jenis Aspergillus spp) pada pakan ternak (IARC, 1993; Ginting, 1998). 
 Bawang putih adalah salah satu jenis tanaman herbal yang selain digunakan sebagai bumbu dalam masakan juga bisa digunakan sebagai obat. Kandungan senyawa aktif yang terdiri atasallisin dan ajoene serta senyawa flavonoid dalam bawang putih menjadikannya dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan di dalam tubuh (Santosa et al., 1991; Kim et al., 2000). Maryam et al (2003) melaporkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih sebesar 4% pada ransum yang mengandung Aflatoksin rendah (0,4 mg AFB/kg) menunjukan adanya peningkatan produktivitas ayam dan produksi telur ayam.
Senyawa – senyawa aktif yang terkandung di dalam bawang putih diduga dapat menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik yang biasa diberikan kepada ayam. Sehingga efek buruk dari penggunaan antibiotik sintetik ini bisa kita hindari, kesehatan ternak terjaga dan produk yang dihasilkan oleh ternak juga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Potensi bawang putih sebagai feed additive
Bawang putih mempunyai kandungan yaitu saponin dan flavonoid, disamping minyak atsiri yan sama-sama berfungsi sebagai antibakteri. Saponin  adalah senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa jika digosok dalam air sehingga bersifat seperti sabun (Robinson, 1995) dan mempunyai kemampuan antibakterial (Ilmi, 1995).
Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis (Siswandono dan Soekarjo, 1995).Menurut Dwidjoseputro (1994) menyatakan bahwa saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan molekul yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sel yang akhirnya menyebabkan kehancuran kuman.
Flavonoid merupakan senyawa fenol yang bersifat desinfektan yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein yang dapat menyebabkan aktifitas metabolisme sel bakteri berhenti karena semua aktifitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh suatu enzim yang merupakan protein. Berhentinya aktifitas metabolisme ini akan mengakibatkan kematian sel bakteri (Trease dan Evans, 1978). Flavonoid juga bersifat bakteriostatik yang bekerja melelui penghambatan sintesis dinding sel bakteri (Masya, 1985; Soedibyo, 1998).
Bawang putih mengandung minyak atsiri dengan unsur utama  alliin. Alliin secara enzimatis akan dipecah oleh enzim allinase menjadi senyawa berbau khas yaitu allicin. Senyawa  allicin dikenal mempunyai daya antibakterial yang kuat. Efek antibakteri allicin bekerja dengan cara menghancurkan kelompok –SH, yaitu kelompok Sulfhidril dan disulfida yang terikat pada protein dan merupakan enzim penting untuk metabolisme sel bakteri serta merupakan gugus yang penting untuk proliferasi bakteri atau sebagai stimulator spesifik untuk multiplikasi sel bakteri. Dengan adanya  allicin inilah maka pertumbuhan kuman dapat dihambat dan proses selanjutnya mengakibatkan terjadinya kematian kuman (Mursito, 2003). Kandungan kimia bawang putih per 100 gram bahan.


  

Bawang putih sebagai feed additive untuk ayam broiler
Pemberian bawang putih untuk ayam broiler dapat memberikan banyak keuntungan. Kandungan – kandungan senyawa aktif didalam umbi bawang putih mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik didalam tubuh ayam broiler dengan jauh lebih baik. Kandungan senyawa-senyawa aktif ini mampu memperbaiki konversi ransum, meningkatkan kesehatan dan produktivitas ayam broiler serta mampu mengurangi kadar lemak yang terkandung didalam daging ayam broiler. Menurut Zulbardi dan Bintang ( 2007) pemberian tepung bawang putih sebanyak 0,02% mampu merangsang pertambahan bobot badan ayam broiler lebih cepat, dengan pencapaian konversi pakan sebesar 1,81 dan diikuti dengan penurunan jumlah konsumsi pakan oleh ayam broiler. Selain itu menurut Wiryawan et al (2005) pemberian tepung bawang putih sebanyak 2,5% didalam ransum mampu meningkatkan efisiensi pakan  ayam broiler yang teinfeksi S. Typhimurium. Hal ini diduga dipengaruhi oleh senyawa- senyawa aktif seperti allisin, selenium dan metilatil trisulfida yang terkandung didalam umbi bawang putih. Allisin memiliki sifat anti bakteri yang mampu membunuh bakteri – bakteri patogen. Sedangkan selenium mampu bekerja sebagai anti oksidan dan metilatil trisulfisa berperan dalam mencegah pengentalan darah. Sifat - sifat dari ketiga senyawa aktif ini dapat mempengaruhi terjadinya proses metabolisme yang lebih baik, sehingga proses penyerapan zat makanan dapat beralangsung lebih optimal, konsumsi ransum lebih sedikit, yang menyebabkan angka konversi ransum lebih rendah dan pencapaian bobot badan lebih cepat.
Hasil penelitian Hidajati (2005) memperlihatkan bahwa pemberian bawang putih dengan dosis 2 - 3mg/ekor /hari mampu menurunkan kadar kolestrol yang terkandung didalam daging serta meningkatkan persentase karkas ayam broiler lebih baik jika dibandingkan dengan ayam broiler tanpa pemberian bawang putih. Menurut Sunarto dan Pikir (1995) penurunan kadar kolestrol pada daging ayam broiler ini disebabkan karena adanya efek hipokolesterolemik dari senyawa aktif bawang putih yaitu allicin (disulphide- oxide tidak jenuh). Allicin mampu mengikat gugus –SH group dari Ko-A, menyebabkan NADH dan NADPH yang dibutuhkan dalam proses pembentukan kolestrol dihati menurun. Penurunan ini menyebabkan kolestrol yang terkandung didalam hati ayam akan berkurang sehingga kolestrol yang ditransfer oleh darah ke daging melalui pembuluh darah juga berkurang.



Bawang putih sebagai feed additive untuk ayam petelur
Pada ayam petelur, pemberian ekstrak bawang putih dalam ransumnya mampu memberikan efek yang cukup baik juga tidak jauh berbeda dengan ayam broiler. Senyawa – senyawa aktif yang terkandung didalam umbi bawang putih mampu menggantikan fungsi antibiotik sintetik di dalam tubuh ayam petelur. Jika pada ayam broiler lebih terfokus pada kualitas daging yang dihasilkan dan tingkat konsumsi ransum, maka pada ayam petelur lebih terfokus pada kualitas dan tingkat produksi telur yang dihasilkan. Sutama dan Lindawati (2005) melaporkan, ayam petelur yang diberi suplementasi bawang putih sebesar 4% dalam ransumnya secara nyata mampu menurunkan kolesterol telur yang dihasilkan. Sedangkan untuk pemberian suplementasi bawang putih sebesar 2-6% dalam ransumnya tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum dan produksi telur yang dihasilkan. Faktor yang memyebabkan  penurunan kadar kolestrol telur ini sama dengan faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar kolestrol pada daging ayam broiler.
Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryam et al (2003), pemberian ektrak bawang putih sebanyak 4% pada ransum ayam petelur yang diinfeksi aflaktosin 0,4 mg AFB1/kg BH dapat meningkatkan bobot badan dan produksi telur serta dapat mengurangi kadar residu aflaktosin pada telur yang dihasilkan. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh jenis ayam yang digunkan dalam penelitian ini. Untuk penelitian yang dilakukan oleh Sutama dan Lindawati menggunakan ayam petelur yang sehata tanpa infeksi aflaktosin sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Maryam et al menggunakan ayam petelur yang diinfeksi dengan aflaktosin sehingga menyebabkan respon yang berbeda.

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:
·         Bawang putih memiliki kandungan – kandunga senyawa aktif yang mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik bila di berikan kedalam pakan ayam sehingga kita tidak perlu lagi menggunakan antibiotik sintetik untuk ternak ayam kita.
·         Untuk hasil yang memuaskan, pemberian bawang putih dalam ransum ayam harus sesuai dosis yang diterapkan didalam beberapa penelitian yaitu berkisar antara 2-6%.
·         Dengan menggunakan bawang putih sebagai feed additive untuk ternak ayam, kita akan memperoleh produk ayam yang berkualitas dengan kadar kolestrol rendah sehingga aman untuk kita konsumsi.