Sudah bukan rahasia
jika banyak peternak yang mengeluh sulitnya mencapai standar performa layer
daribreeder walau telah melakukan berbagai macam
usaha ketika masa produksi. Bisa jadi, fakta ini disebabkan masih sedikit
peternak yang memberi perhatian lebih terhadap manajemen pullet di peternakannya. Jika hal ini yang
terjadi maka upaya meningkatkan jumlah ransum dan perbaikan program
pengobatan tentu tidak menyelesaikan masalah. Hal ini dikarenakan keduanya
bukan merupakan akar masalah sehingga kejadian yang sama tentu akan terus
berulang di periode mendatang. Oleh karena itu, solusi terbaik adalah
meningkatkan kualitas pullet.
Apa itu Pullet ?
Secara ringkas, pullet adalah ayam yang dipelihara di umur 0-16
minggu. Pendapat lain menyatakan bahwapullet adalah ayam masa DOC hingga masa bertelur di bawah 5%. Berdasarkan
kebutuhan nutrisi, pullet terbagi dua yaitu starter (0-5 minggu) dan grower (6-16 minggu).
Program pembentukan pullet yang OK harus dimulai sejak DOC hingga
menjelang awal produksi. Program tersebut harus mencakup berbagai kegiatan
yang berjalan terus-menerus dan berkelanjutan. Untuk menyusun program
tersebut, peternak sebaiknya mengetahui bagaimana ciri-ciri pullet berkualitas dan membentuk pullettersebut.
Tahapan Perkembangan Pullet
Pullet memiliki tahapan perkembangan tubuh yang kompleks sesuai periode umurnya
(starter dan grower). Masa starter merupakan masa pembelahan sel (hiperplasia)
sehingga perkembangan organ sangat dominan di masa ini. Oleh karena itu, masa
ini mempunyai andil 50% bahkan 90% terhadap keberhasilan pemeliharaan pullet.
Pada periode grower terjadi perkembangan ukuran sel (hipertrofi).
Di fase ini frame size berkembang mencapai bentuk sempurna. Periode grower memiliki 3 waktu kritis yang harus
diperhatikan oleh peternak yaitu umur 6-7 minggu, 12 minggu dan 14 minggu.
Antara minggu 6 dan 7 adalah puncak perkembangan frame sizeyang mana 80% frame size sudah mencapai dimensi akhir. Oleh karena itu, saat penimbangan berat
badan di minggu kelima, ayam-ayam yang belum memiliki frame size optimal dipisahkan lalu tetap diberikan
ransum starterdan diberikan
multivitamin.
Di minggu ke-12
perkembangan kerangka tubuh telah mencapai maksimal. Maksimal dalam arti,
tidak bisa berkembang lagi sehingga setidaknya ada 2 hal yang perlu
diperhatikan peternak. Pertama adalah dianjurkan mengejar ketinggalan frame size (berat badan) sebelum minggu ke-12.
Kedua mempertahankan berat badan yang sudah sama atau 10% di atas standar
untuk menghadapi masa awal bertelur. Selain tercapainya berat badan yang
sesuai dan perkembangan frame size yang optimal, tingkat keseragaman ayam juga perlu tetap diperhatikan.
Di minggu ke-14
terjadi perkembangan pesat organ reproduksi dan juga medulary bone (bagian tulang yang menyimpan cadangan
kalsium untuk cangkang telur pada ayam). Pada periode ini, ketersediaan
vitamin D dan kalsium sangat dibutuhkan. Bascal (1993) menyebutkan bahwa
rendahnya asupan kalsium dan vitamin D saat awal bertelur akan menyebabkan
penurunan kualitas dan kuantitas telur saat puncak produksi sehingga
sebaiknya peternak perlu menyediakan kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang
cukup.
Medullary bone (warna merah) pada ayam layer
Karakteristik Pullet Berkualitas
Ayam petelur (layer) pullet dikatakan berkualitas jika memiliki karakteristik
seperti di bawah ini:
1. Memiliki ciri fisik ayam petelur yang
baik
Beberapa ciri fisik
ayam petelur yang baik dijelaskan dalam Tabel 1. Seleksi dilakukan terhadap
ayam berciri petelur yang buruk dan memiliki kelainan fisik seperti cacat, carrier atau pembawa penyakit dan “bantet” atau
berat badan tidak bisa meningkat serta frame size tidak berkembang. Ayam yang berciri fisik petelur yang buruk, “bantet”
atau cacat sebaiknya di-culling agar tidak merugikan
peternak. Lakukan culling rutin setiap minggu selama grower.
2. Berat badan sesuai standar dari breeder
Berat badan merupakan
indikator kualitas pullet yang paling mudah
diamati. Dengan penimbangan rutin, peternak bisa menilai apakah pullet sudah dikatakan berkualitas atau belum.
Berat badan hendaknya tercapai tiap minggunya. Jika ada ayam dengan bobot
badan yang rendah (kurang dari 10% di bawah standar) atau memiliki frame size kecil maka segera pisahkan. Beri
perlakuan khusus agar dapat mengejar ketinggalan bobot badan. Tambahkan beberapa
gram ransum harian ayam.
Ayam dengan berat badan lebih dari 10% terhadap standar diberikan ransum
lebih sedikit dari standar. Jumlah ransum dikurangi beberapa gram, maksimal
15% konsumsi ransum harian. Lakukan beberapa hari hingga berat badan sesuai standar.
Tindakan ini akan sedikit menghemat ransum, menurunkan lemak, memperbaiki Feed Convertion Rate (FCR), menurunkan kematian saat masa
produksi dan mencegah kematian saat masa produksi dan mencegah pematangan
kelamin ayam dini. Teknik pembatasan ransum ini mesti dilakukan dengan cermat
dan teliti. Hal-hal seperti peningkatan resiko kematian, kanibalisme dan
pertumbuhan tidak merata harus tetap diperhitungkan. Jika tidak maka teknik
ini lebih cenderung membawa kerugian daripada keuntungan.
3. Kerangka tubuh (frame size)
optimal <12 minggu
Frame size yang terbentuk sempurna akan sangat mendukung pencapaian puncak produksi
yang optimal dan memiliki persistensi (lama bertahan di puncak) produksi yang
lama. Frame size diamati berdasarkan postur tubuh ayam.
4. Keseragaman >85% (berat badan, frame size dan kematangan seksual
Penyeragaman berat badan dilakukan
melalui penimbangan berat badan rutin. Keseragaman >85% berarti dari 100 ekor ayam minimal terdapat 85 ekor ayam yang berat
badannya +10% terhadap standar. Segera setelah
penimbangan, peternak membagi ayam-ayam tersebut dalam kandang berbeda
berda-sarkan berat badan danframe size-nya. Hal ini akan memudahkan
peternak dalam mengamati perkembangan performa ayam dan menentukan jumlah
konsumsi ransum ayam.
Teknik Membentuk Pullet Berkualitas
Seperti yang telah dijelaskan di awal,
ada satu rumus yang dapat digunakan dalam membentuk pullet berkualitas OK.
Rumus tersebut adalah :
P = (G + N + E) x M
Keterangan :
P : potency atau
productivity / potensi atau produktivitas pullet
G : genetic / genetik pullet
N : nutrition / nutrisi yang diasup pullet
E : environment / kondisi lingkungan
M : management / manajemen pemeliharaan
Faktor manajemen memiliki andil terbesar
dalam rumus ini. Faktor ini melipatgandakan nilai faktor genetik, nutrisi dan
lingkungan. Faktor genetik yang terkandung di dalam semua strain ayam petelur
baik ISA Brown, Hisex Brown, Lohmann Brown dan Hyline Brown telah dibentuk
sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan produksi telur yang tinggi (henday)
dengan FCR yang lebih rendah.
4 strain layer yang ada di Indonesia Lohmann Brown (A), Hisex Brown (B),
Hyline Brown (C), ISA Brown (D)
Faktor nutrisi seperti acceptability (kemampuan ayam mengkonsumsi ransum), palatabillity (penilaian ayam terhadap rasa dan bau
ransum), digestibility (kemampuan ransum diserap tubuh ayam), gram feed intake daily
per chick (konsumsi harian ransum per ayam),
adanya agen penyakit dan beberapa faktor lain.
Kondisi lingkungan juga berperan penting
dalam menentukan kualitas pullet. Misalnya suhu udara, intensitas dan
distribusi cahaya, kualitas udara, angin, kelembaban dan keberadaan agen
patogen.
Ketiga faktor tersebut harus dikelola
dalam satu manajemen yang baik agar potensi di dalam tubuh ayam muncul dengan
optimal yaitu:
- Tumbuh lebih
cepat dengan kematangan seksual lebih awal 2 minggu sehingga lebih cepat
berproduksi
- Berat badan lebih
kecil 5% dan konsumsi pakan lebih rendah 10% sehingga FCR total lebih
rendah
- Puncak produksi (peak
performance) 2-3% lebih tinggi
- Henday (HD) >90%, 8 minggu lebih lama
- Berat telur lebih
besar 5%
Faktor manajemen akan dibahas lebih jauh dalam Info Medion kali ini
sebagai faktor yang berperan penting dalam membentuk pullet berkualitas.
Manajemen
Griffin RW (2006) mendefinisikan manajemen
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goal) secara efektif dan
efisien. Manajemen pembuatan pullet berkualitas mencakup empat poin penting
yaitu:
1. Tata Laksana Kandang
Kandang harus mampu
menyediakan tiga hal dalam kondisi ideal yaitu:
- Suhu dan
kelembaban udara
Dengan
termohigrometer, lakukan pengamatan kelembaban udara dan suhu tiap hari.
Kelembaban udara yang baik adalah 60-70%. Kelembaban tinggi menyebabkan litter cepat basah dan meningkatkan kadar
ammonia di kandang. Membuka tirai kandang dan membiarkan angin masuk dapat
menjadi solusi untuk masalah ini. Solusi lain ialah memasang blower.
Kelembaban yang rendah
pun akan mengakibatkan gangguan pernapasan seperti panting (megap-megap) dan cekrek (ngorok). Ayam yang panting dan cekrek rentan terserang penyakit pernapasan seperti CRD dan colibacillosis.
Lakukan kontrol kondisi litter secara rutin. Ambil
dan ganti litter yang basah karena
meningkatkan ammonia
Suhu lingkungan ideal
untuk starter adalah 23-33oC sedangkan untuk grower adalah 25-28oC. Suhu tersebut akan berkurang secara periodik
mengikuti perkembangan tubuh ayam. Jika lebih dari itu maka ayam beresiko
terkena heat stress. Hindari heat stress dengan melakukan penyemprotan air secara
halus melalui sprayer ke atas kepala ayam agar suhu kandang turun dan meningkatkan kelembaban.
Jika suhu lingkungan
rendah maka ayam akan kedinginan. Nafsu makan meningkat tetapi bobot badan
tidak bertambah karena sebagian besar energi diarahkan untuk menghangatkan
tubuh ayam. Lakukan penutupan kandang dan menyalakan brooder (pemanas) agar suhu lingkungan kembali
nyaman.
Program pencahayaan
bertujuan untuk merangsang nafsu makan, pertumbuhan serta perkembangan organ
reproduksi ayam. Oleh karena itu, pencahayaan dapat dijadikan pengatur kapan
ayam memasuki masa produksi. Ayam dengan bobot badan di bawah standar selain
diberi tambahan pakan, sebaiknya juga mendapatkan waktu pencahayaan lebih
banyak. Namun jumlah penambahan waktu cahaya tidak boleh lebih lama dari 4
jam per hari agar tidak mengganggu pertumbuhan ayam.
Saat masa grower (belum siap bertelur) penambahan cahaya harus dihindari jika ayam belum
mencapaiframe size optimal. Penambahan cahaya dini baik
waktu maupun intensitas akan menyebabkan ayam bertelur dini. Hal ini akan
memicu munculnya telur berukuran kecil, meningkatkan resiko kematian ayam dan
memperpendek masa produksi. Produksi lebih menguntungkan bila ayam bertelur
saat frame size optimal dan di umur yang sesuai untuk bertelur.
Standar udara
berkualitas baik adalah kadar ammonia, debu dan CO2 rendah serta menyediakan oksigen dalam kadar cukup. Hal-hal yang bisa
dilakukan peternak adalah :
- Ventilasi yang
bagus dengan menggunakan monitor atau kipas tambahan.
- Rutin mengangkat litter yang basah dan
mengganti dengan yang baru.
- Perencanaan
kandang yang baik.
- Pengaturan
kepadatan kandang
2. Tata Laksana Kesehatan
Mencakup tindakan
vaksinasi, pengobatan dan biosekuriti. Peternak perlu mewaspadai umur 3
minggu, pasca pindah kandang dan menjelang produksi karena sangat rawan
penyakit. Di umur 3 minggu, antibodi maternal sudah tidak melindungi lagi
sehingga ayam rentan terserang penyakit seperti ND dan IBD. Solusi yang dapat
dilakukan adalah menjalankan program vaksinasi.
Tingkat stres yang
tinggi saat pindah kandang dan menjelang produksi menyebabkan ayam rentan
terkena penyakit pernapasan seperti CRD, IB dan korisa. Solusinya adalah
memperlakukan ayam sebaik mungkin, melakukan pindah kandang paling lambat 10
hari sebelum mulai bertelur dan berikan vitamin seperti Vita Stress selama 4 hari berturut-turut ketika
pindah kandang.
Agar masa produksi
puncak ayam tidak terganggu maka vaksinasi harus diatur yaitu dilakukan
paling lambat seminggu sebelum pindah kandang atau dua minggu sebelum mulai
bertelur. Berikan Egg Stimulant 1 gram tiap 2 liter air minum diberikan tiap hari selama 4 minggu pertama
ayam mulai bertelur. Jika perlu, berikan obat cacing seperti Levamid (0,2 gram tiap kg berat badan) paling
lambat 3 hari sebelum pindah kandang.
3. Tata Laksana Ransum
Pemberian ransum
dibedakan berdasarkan kebutuhan di tiap periode. Peternak sudah mengenal dua
jenis ransum yang digunakan saat pullet yaitu ransum starter dan ransum grower. Ransum starter memiliki kandungan protein (asam amino), energi dan vitamin (A, E, dan K)
tinggi yang sangat dibutuhkan untuk pembelahan sel-sel baru.
Ransum grower memiliki kandungan protein dan vitamin
(A, E dan K) lebih rendah dari ransum starter. Hal ini dikarenakan
fungsi grower sebagai maintenance tubuh dan menghindari pertambahan lemak
yang banyak. Bagi ayam layer, keberadaan lemak lebih dari 5% di
abdomen saat awal produksi akan menurunkan performa ayam.
Ada tiga hal yang
perlu dilakukan peternak. Pertama adalah selalu menyediakan ransum
berdasarkan standar breeder baik kualitas maupun kuantitas agar memudahkan pengontrolan dan
menghindari pemborosan ransum.
Hal kedua adalah
selalu menyediakan ransum dalam kondisi yang segar dengan cara mengatur
periode pemberian ransum dan sering membolak-balik ransum. Tindakan ini akan
merangsang ayam mengkonsumsi ransum dan mengurangi ransum sisa dan terbuang.
Hindari menggunakan ransum sisa.
Hal ketiga adalah
menghindari gonti-ganti ransum dalam waktu singkat. Lakukan pencampuran
ransum lama dengan yang baru secara bertahap (1:3, 1:1, 3:1 dalam 1 minggu)
sambil melihat bagaimana respon ayam.
4. Penimbangan
Penimbangan dilakukan
rutin sejak ayam masih DOC dengan memperhatikan hal sebagai berikut:
- Jumlah sampel 50-100 ekor
tiap kandang secara merata di setiap bagian kandang. Persentase ini bisa
dinaikkan 5% jika ayam dipelihara dalam kandang baterai
- Ayam berumur <4 minggu,
penimbangan dilakukan berkelompok sedangkan >4 minggu dilakukan per
individu
- Kegiatan ini dilakukan rutin
dengan waktu yang sama misalnya pada Senin pagi dengan kondisi tembolok
kosong
- Ketika berumur di atas 12
minggu, berat badan diharapkan 10% di atas standar sebagai cadangan saat
awal masa bertelur ketika terjadi penurunan nafsu makan
- Gunakan timbangan dengan
skala 20 gram. Bisa menggunakan timbangan gantung (shelter)
5. Pencatatan (recording)
Membuat tabel berisi
data keadaan pullet per kandang (seperti tabel di bawah) harus dilakukan peternak. Dalam
pembuatannya, recording dapat mencakup :
- Populasi (jumlah ayam dan
persen kematian)
- Konsumsi ransum (kg ransum/
ekor dan total pakan)
- Kegiatan kandang (program
vaksinasi dan pengobatan)
- Kondisi kandang (kelembaban,
suhu, cahaya dan kualitas udara)
- FCR harian serta berat badan dan persen keragaman mingguan.
Data tersebut lalu
dibandingkan dengan standar performa pullet dari breeder dan diolah menjadi diagram batang dan garis agar bisa mendeskripsikan
bagaimana performa pullet Anda apakah termasuk pullet yang berkualitas atau tidak. Selamat
mencoba.
Info Medion Edisi November 2009
Jika Anda akan mengutip artikel ini,
harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online
(http://info.medion.co.id).
|