Kamis, 19 Mei 2016

Bawang Putih Sebagai Feed Additive Untuk Ayam

ABSTRAK

Penggunaan antibiotik sintetik dalam dunia peternakan ayam dapat menimbilkan dampak negatif bagi kesehatan ternak dan manusia. Antibiotik sintetik mengakibatkan residu bahan kimia berbahaya dalam produk yang dihasilkan dan menyebabkan resistensi bakteri – bakteri berbahaya yang terdapat didalam tubuh ayam.bawang putih memiliki kandungan senyawa aktif yang terbukti mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik didalam tubuh ayam. beberapa senyawa aktif yang terkandung didalam umbi bawang putih adalah allicin, selenium dan metilatil trisulfida. Ketiga senyawa aktif ini mampu membantu terjadinya proses metabolisme di dalam tubuh ayam yang jauh lebih baik. Adanya beberapa kandungan senyawa aktif ini membuat bawang putih berpotensial untuk digunakan sebagai feed additive pengganti antibiotik sintetik pada ternak ayam. Sudah banyak para ahli yang melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian bawang putih tarhadap performans, produktivitas serta kesehatan ayam. Mereka mencampurkan ekstrak bawang putih kedalam ransum yang akan diberikan kepada ayam. Hasil penelitian dibandingkan dengan hasil penelitian yang tidak menggunakan bawang putih tetapi menggunakan antibiotik sintetik. menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulbardi dan Bintang ( 2007) pemberian tepung bawang putih sebanyak 0,02% mampu merangsang pertambahan bobot badan ayam broiler lebih cepat, dengan pencapaian konversi pakan sebesar 1,81 dan diikuti dengan penurunan jumlah konsumsi pakan oleh ayam broiler. Sedangkan untuk ayam petelur, menurutMaryam et al (2003), pemberian ektrak bawang putih sebanyak 4% pada ransum ayam petelur yang diinfeksi aflaktosin 0,4 mg AFB1/kg BH dapat meningkatkan bobot badan dan produksi telur serta dapat mengurangi kadar residu aflaktosin pada telur yang dihasilkan.

Kata kunci : ayam, bawang putih, feed additive, antibiotik sintetik, allicin.



Pendahuluan

Feed additive atau imbuhan pakan biasa digunakan didalam campuran pakan ternak. Penggunaan feed additive dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas, kesehatan dan keadaan gizi ternak. Beberapa jenis Feed additive yang biasa digunakan para peternak ayam khususnya ayam petelur dan pedaging adalah antibiotika sintetik, enzim, probiotik, asam organik, flavor dan antioksidan. Antibiotika sintetik adalah jenis feed additive yang paling banyak digunakan oleh para peternak.
Penggunaan feed additive jenis antibiotik sintetik ini banyak memberikan pengaruh yang buruk pada produk yang dihasilkan oleh ternak. Salah satunya adalah residu bahan – bahan kimia yang terkandung didalam antibiotik sintetik ini ke dalam produk yang dihasilkan seperti telur dan daging. Bahan – bahan kimia yang teresidu ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Tidak hanya memberikan imbuhan pakan, untuk meningkatkan produktivitas ternak mereka para peternak unggas jenis ayam biasanya juga memberikan pakan yang memiliki kadar lemak tinggi. Dengan pemberian pakan yang mengandung lemak tinggi efisiensi pakan oleh ternak akan lebih tinggi namun produk yang dihasilkan tidak aman untuk dikonsumsi. Karena memiliki kandungan kolestrol yang tinggi. Bahan pangan yang mengandung kadar kolestrol tinggi tidak aman untuk dikonsumsi karena dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi kesehatan kita.
Selain produktivitas dan produk yang dihasilkan, pakan juga dapat mempengaruhi kesehatan dari ternak yang kita pelihara. Ada beberapa jenis penyakit unggas khususnya jenis ayam yang disebabkan oleh faktor pakan seperti Aflatoksikosis. Penyakit ini bersifat kronis, dan akut pada ternak ayam. Aflatoksikosis adalah penyakit yang disebabkan karena adanya kontaminasi Aflaktosin (senyawa kumrin yang dihasilkan oleh kapang jenis Aspergillus spp) pada pakan ternak (IARC, 1993; Ginting, 1998). 
 Bawang putih adalah salah satu jenis tanaman herbal yang selain digunakan sebagai bumbu dalam masakan juga bisa digunakan sebagai obat. Kandungan senyawa aktif yang terdiri atasallisin dan ajoene serta senyawa flavonoid dalam bawang putih menjadikannya dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan di dalam tubuh (Santosa et al., 1991; Kim et al., 2000). Maryam et al (2003) melaporkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih sebesar 4% pada ransum yang mengandung Aflatoksin rendah (0,4 mg AFB/kg) menunjukan adanya peningkatan produktivitas ayam dan produksi telur ayam.
Senyawa – senyawa aktif yang terkandung di dalam bawang putih diduga dapat menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik yang biasa diberikan kepada ayam. Sehingga efek buruk dari penggunaan antibiotik sintetik ini bisa kita hindari, kesehatan ternak terjaga dan produk yang dihasilkan oleh ternak juga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Potensi bawang putih sebagai feed additive
Bawang putih mempunyai kandungan yaitu saponin dan flavonoid, disamping minyak atsiri yan sama-sama berfungsi sebagai antibakteri. Saponin  adalah senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa jika digosok dalam air sehingga bersifat seperti sabun (Robinson, 1995) dan mempunyai kemampuan antibakterial (Ilmi, 1995).
Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis (Siswandono dan Soekarjo, 1995).Menurut Dwidjoseputro (1994) menyatakan bahwa saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan molekul yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sel yang akhirnya menyebabkan kehancuran kuman.
Flavonoid merupakan senyawa fenol yang bersifat desinfektan yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein yang dapat menyebabkan aktifitas metabolisme sel bakteri berhenti karena semua aktifitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh suatu enzim yang merupakan protein. Berhentinya aktifitas metabolisme ini akan mengakibatkan kematian sel bakteri (Trease dan Evans, 1978). Flavonoid juga bersifat bakteriostatik yang bekerja melelui penghambatan sintesis dinding sel bakteri (Masya, 1985; Soedibyo, 1998).
Bawang putih mengandung minyak atsiri dengan unsur utama  alliin. Alliin secara enzimatis akan dipecah oleh enzim allinase menjadi senyawa berbau khas yaitu allicin. Senyawa  allicin dikenal mempunyai daya antibakterial yang kuat. Efek antibakteri allicin bekerja dengan cara menghancurkan kelompok –SH, yaitu kelompok Sulfhidril dan disulfida yang terikat pada protein dan merupakan enzim penting untuk metabolisme sel bakteri serta merupakan gugus yang penting untuk proliferasi bakteri atau sebagai stimulator spesifik untuk multiplikasi sel bakteri. Dengan adanya  allicin inilah maka pertumbuhan kuman dapat dihambat dan proses selanjutnya mengakibatkan terjadinya kematian kuman (Mursito, 2003). Kandungan kimia bawang putih per 100 gram bahan.


  

Bawang putih sebagai feed additive untuk ayam broiler
Pemberian bawang putih untuk ayam broiler dapat memberikan banyak keuntungan. Kandungan – kandungan senyawa aktif didalam umbi bawang putih mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik didalam tubuh ayam broiler dengan jauh lebih baik. Kandungan senyawa-senyawa aktif ini mampu memperbaiki konversi ransum, meningkatkan kesehatan dan produktivitas ayam broiler serta mampu mengurangi kadar lemak yang terkandung didalam daging ayam broiler. Menurut Zulbardi dan Bintang ( 2007) pemberian tepung bawang putih sebanyak 0,02% mampu merangsang pertambahan bobot badan ayam broiler lebih cepat, dengan pencapaian konversi pakan sebesar 1,81 dan diikuti dengan penurunan jumlah konsumsi pakan oleh ayam broiler. Selain itu menurut Wiryawan et al (2005) pemberian tepung bawang putih sebanyak 2,5% didalam ransum mampu meningkatkan efisiensi pakan  ayam broiler yang teinfeksi S. Typhimurium. Hal ini diduga dipengaruhi oleh senyawa- senyawa aktif seperti allisin, selenium dan metilatil trisulfida yang terkandung didalam umbi bawang putih. Allisin memiliki sifat anti bakteri yang mampu membunuh bakteri – bakteri patogen. Sedangkan selenium mampu bekerja sebagai anti oksidan dan metilatil trisulfisa berperan dalam mencegah pengentalan darah. Sifat - sifat dari ketiga senyawa aktif ini dapat mempengaruhi terjadinya proses metabolisme yang lebih baik, sehingga proses penyerapan zat makanan dapat beralangsung lebih optimal, konsumsi ransum lebih sedikit, yang menyebabkan angka konversi ransum lebih rendah dan pencapaian bobot badan lebih cepat.
Hasil penelitian Hidajati (2005) memperlihatkan bahwa pemberian bawang putih dengan dosis 2 - 3mg/ekor /hari mampu menurunkan kadar kolestrol yang terkandung didalam daging serta meningkatkan persentase karkas ayam broiler lebih baik jika dibandingkan dengan ayam broiler tanpa pemberian bawang putih. Menurut Sunarto dan Pikir (1995) penurunan kadar kolestrol pada daging ayam broiler ini disebabkan karena adanya efek hipokolesterolemik dari senyawa aktif bawang putih yaitu allicin (disulphide- oxide tidak jenuh). Allicin mampu mengikat gugus –SH group dari Ko-A, menyebabkan NADH dan NADPH yang dibutuhkan dalam proses pembentukan kolestrol dihati menurun. Penurunan ini menyebabkan kolestrol yang terkandung didalam hati ayam akan berkurang sehingga kolestrol yang ditransfer oleh darah ke daging melalui pembuluh darah juga berkurang.



Bawang putih sebagai feed additive untuk ayam petelur
Pada ayam petelur, pemberian ekstrak bawang putih dalam ransumnya mampu memberikan efek yang cukup baik juga tidak jauh berbeda dengan ayam broiler. Senyawa – senyawa aktif yang terkandung didalam umbi bawang putih mampu menggantikan fungsi antibiotik sintetik di dalam tubuh ayam petelur. Jika pada ayam broiler lebih terfokus pada kualitas daging yang dihasilkan dan tingkat konsumsi ransum, maka pada ayam petelur lebih terfokus pada kualitas dan tingkat produksi telur yang dihasilkan. Sutama dan Lindawati (2005) melaporkan, ayam petelur yang diberi suplementasi bawang putih sebesar 4% dalam ransumnya secara nyata mampu menurunkan kolesterol telur yang dihasilkan. Sedangkan untuk pemberian suplementasi bawang putih sebesar 2-6% dalam ransumnya tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum dan produksi telur yang dihasilkan. Faktor yang memyebabkan  penurunan kadar kolestrol telur ini sama dengan faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar kolestrol pada daging ayam broiler.
Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryam et al (2003), pemberian ektrak bawang putih sebanyak 4% pada ransum ayam petelur yang diinfeksi aflaktosin 0,4 mg AFB1/kg BH dapat meningkatkan bobot badan dan produksi telur serta dapat mengurangi kadar residu aflaktosin pada telur yang dihasilkan. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh jenis ayam yang digunkan dalam penelitian ini. Untuk penelitian yang dilakukan oleh Sutama dan Lindawati menggunakan ayam petelur yang sehata tanpa infeksi aflaktosin sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Maryam et al menggunakan ayam petelur yang diinfeksi dengan aflaktosin sehingga menyebabkan respon yang berbeda.

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:
·         Bawang putih memiliki kandungan – kandunga senyawa aktif yang mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik bila di berikan kedalam pakan ayam sehingga kita tidak perlu lagi menggunakan antibiotik sintetik untuk ternak ayam kita.
·         Untuk hasil yang memuaskan, pemberian bawang putih dalam ransum ayam harus sesuai dosis yang diterapkan didalam beberapa penelitian yaitu berkisar antara 2-6%.
·         Dengan menggunakan bawang putih sebagai feed additive untuk ternak ayam, kita akan memperoleh produk ayam yang berkualitas dengan kadar kolestrol rendah sehingga aman untuk kita konsumsi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar